Sabtu, 12 Juli 2008

Menyikapi Anak Berbohong

Menyikapi Anak Berbohong

Berbohong adalah menceritakan hal yang tidak benar secara sadar. Menurut Sri Rohmawti, psikolog lulusan Universitas Indonesia yang aktif di lembaga pendidikan islam Nurul Fikri, sebenarnya setiap anak pernah berbohong.

Beberapa macam kebohongan yang kerap ditemui pada anak adalah :
1. Penyangkalan Sederhana
Anak mengatakan sudah minum susu padahal belum.
2. Mengurangi atau melebihkan
Anak menceritakan kehebatan gurunya secara berlebihan,”Ibu guru aku dong bias menggambar, terus bikin mainan robot. Besa…r sekali. Kita semua dibikinin robot sebesar rumah.”
3. Mengarang
Anak bercerita pada temannya bahwa ia sering naik pesawat terbang meski ternyata belum pernah melakukan sama sekali.
4. Membuat Tuduhan
Bila anak memecahkan gelas, misalnya ia mengatakan bahwa yang memecahkan gelas itu adalah adiknya dan bukakn dirinya.

Kenapa Berbohong ?

Ada beberapa alas an yang biasanya menyebabkan anak berbohong.
1. Meniru ‘model’ dalam lingkungannya.
Bila ibu seringkali menghindari tamu atau telpon dengan mengatakan, “Tolong kasih tahu ya, Ibu lagi tidak ada di rumah!” Sementara sang ibu sendiri tidak kemana-mana maka anak akan meniru kebohongan sebagai ‘kebolehan’.
2. Demi menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Biasanya berupa hukuman atau penolakan orang tua.
3. Untuk mencari perhatian.
4. Mempertegas kesan karena labeling.
Anak yang kerap dijuluki tukang bohong, justru akan bertindak sesuai labelnya itu.
5. Demi mendapatkan keuntungan.
6. Takut dimarahi karena gagal memenuhi harapan orang tua.

Apa yang dapat Dilakukan ?
1. Jadilah teladan yang baik untuk anak dalam kejujuran.
2. Berikan pujian dan penghargaan pada tindakan anak agar ia mengerti bahwa tidak perlu berbohong untuk mendapatkan pujian.
3. Ciptakan suasana yang membuat anak merasa nyaman untuk mengakui kesalahannya.
4. Rajin-rajinlah mencari fakta dari sumber lain, lalu konfirmasikan dengan anak.
5. Bantu anak mencari cara lain yang pantas untuk mendapatkan keinginannya.
6. Diskusikan masalah keadilan dan sportivitas dalam keluarga.
7. Jangan membebani harapan terlalu tinggi pada anak.
8. Tekankan pada anak bahwa anda sangat mencintainya dan menghormati prestasinya.

Berbohong memang tidak baik. Tetapi yang perlu diingat adalah anak yang berbohong tidak mesti membuatnya menjadi anak ‘nakal’ dan ‘jahat’. Itu semua tergantung bagaimana kita sebagai orang tua pandai menyikapinya.
(Disimpulkan dari majalah Ummi no. 6/XII Okt-Nop 2000/1421 H)

Senin, 07 Juli 2008

Formalin

Apa itu Formalin ?
¬Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.
¬Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.

Penggunaan formalin

¬Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
¬Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
¬Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.
¬Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
¬Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
¬Bahan untuk pembuatan produk parfum.
¬Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
¬Pencegah korosi untuk sumur minyak.
¬Bahan untuk insulasi busa.
¬Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
¬Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).
¬Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.

Penggunaan formalin yang salah
¬Penggunaan formalin yang salahPenggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet.
¬Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin.

Ciri - ciri produk pangan yang mengandung formalin
¬Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah busuk.
¬Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
¬Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
¬Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua bukan merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.

Tips memilih tahu

Tahu yang mengandung formalin dapat ditandai dengan :
¬Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat; sedangkan tahu tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas;
¬Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu tak berformalin jika ditekan akan hancur;
¬Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari.
¬Tahu yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap. Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita potong tahunya, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen/seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.*

refensi:

¬Situs Depkes (www.depkes.go.id)
¬Situs BPOM à Sentra Informasi Keracunan Nasional (www.pom.go.id)
¬www.waspada.co.id
¬& berbagai sumber lainnya