penyakit gonorro

GONORE
oleh wahyu hidayat,SKep Ns

dikutip dari
MERLIN MARIANDARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UII
2007


A. Definisi
Gonore adalah penyakit seksual menular ( Sexsually Transmitted Disease = STD ) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Kuman ini sangat mudah tumbuh dan berkembang pada daerah yang hangat seperti di serviks, uterus, tuba fallopi pada wanita dan juga uretra pada pria dan wanita serta dapat juga tumbuh di mulut, mata, tenggorokan dan anus. 1
Pada permulaan dari penyakit ini akan keluar nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin. Pada umumnya penyakit ini ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. 2

B. Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru dipublikasikan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam kelompok Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis yang bersifat patogen serta Neisseria catarrrahalis dan Neisseria pharyngis sicca yang bersifat komensal. Namun keempat kuman sangat sulit dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.2
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8µ dan panjang 1,6µ bersifat tahan asam dan Gram negatif. Tidak tahan lama dalam udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering,tidak tahan suhu diatas 390( tahan pada suhu 350 sampai 370).2
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit yaitu: 3
1. Bangsa/ras : semua ras
2. Daerah : Urbanisasi membuat penyakit ini lebih mudah berkembang
3. Keturunan : Dapat ditularkan pada bayi saat melewati jalan lahir
4. Pengobatan : Pengobatan yang tidak memadai terhadap bahaya-bahaya penyakit ini mempermudah/membuat penyakit lebih banyak timbul.
5. Ekonomi : Ekonomi yang kurang, mendukung kegiatan prostitusi dan mempermudah penyebaran penyakit.

C. Gejala Klinis
Masa tunas gonore sangat singkat hanya selama 3-5 hari, penderita mengeluh nyeri dan panas waktu kencing. Pada wanita masa inkubasi sulit untuk ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. Kemudian keluar nanah yang berwarna putih susu dari uretra, dan muara uretra membengkak. Pada wanita dapat timbul fluor albus. 3
Gejala pada wanita berbeda dari pria, hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita baik penyakit kronik maupun akut gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. 1
Adapun gejala-gejala dan keluhan yang sering dirasakan yaitu sebagai berikut: 2
1. a. Gejala-gejala yang sering dirasakan pada pria adalah:
1). Uretritis
2). Komplikasi lokal (Tysonitis, Parauretritis, Littritis, dan Cowperitis)
3). Asendens dan Diseminata
b. Keluhan subyektif pada pria antara lain:
1). Rasa gatal
2). Panas di bagian distal uretra disekitar Orifisium Uretra Eksternum (OUE)
3). Disuria
4). Polakisuria
5). Keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah
6). Nyeri pada waktu ereksi
7). Pada beberapa kasus terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral
2. Gejala-gejala pada wanita adalah:
a. Pada mulanya hanya mengenai serviks uteri
b. Dapat asimtomatik
c. Kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah
d. Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen
e. Duh tubuh terlihat banyak, apabila terjadi servitis akut atau vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

D. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari: 2,4
1. Sediaan langsung dapat berupa mengambil sampel pada bagian tubuh yang diduga terkena kuman, dan diberi pewarnaan Gram.
2. Kultur (pembiakan) dilakukan untuk identifikasi
3. Tes definitif terdiri atas tes oksidasi dan tes fermentasi
4. Tes beta-laktamase menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase
5. Tes Thomson untuk mengetahui penyebaran infeksi.
6. Tes iodometri, asidometri dan pemeriksaan MIC untuk menentukan Neisseria gonorrhoeae.
Pemeriksaan yang dilakukan juga bisa berupa pemeriksaan urin. Untuk pemeriksaan fisik yaitu3:
1. Predileksi : pada pria uretra bagian anterior, wanita pada serviks uteri dan uretra
2. Eflorensensi/sifat-sifatnya : pada pria OUE merah, edema, ektropion keluar ecoulement ; pada wanita portio uteri merah, edema dengan sekret mukopurulen.
Diagnosis banding yang dilakukan yaitu3 :
1. Uretritis non spesifik : biasanya OUE tidak merah dan tidak edema sekret seropurulen.
2. Kandidasis : OUE merah disertai rasa gatal dan sekret serosa.

E. Pengobatan
Untuk pengobatan harus diperhatikan efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin efek toksiknya. Pengobatan yang dianjurkan adalah pengobatan menggunakan dosis tunggal. Dulu pengobatan yang dianjurkan adalah pengobatan dengan menggunakan penisilin, tetrasilin, dan Fluoroquinolone (ciprofloxacin [Cipro], ofloxacin [Floxin], dan levofloxacin [Levaquin]) , namun setelah dilakukan penelitian ternyata N.gonorrhoeae menjadi tahan/resistan terhadap antibiotik itu 4,5,6.
Beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan adalah:
1. Ceftriaxone 125 mg intramuscular dosis tunggal
2. Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal
3. Azithromycin 1 gr per oral dosis tunggal
4. Ofloxacin 400 mg per oral dosis tunggal
Ada juga obat yang digunakan untuk mengobati gonore yang tidak resistan, yaitu :
1. Cephalosporin yang seringkali ditambahkan dengan doxycycline 100 mg untuk 7 hari.
2. Azithromycin 1 gr per oral dosis tunggal
3. Spectinomycin 2 gr per hari injeksi intramuscular selama 3 hari
4. Kanamisin 2 gr per hari injeksi intramuscular selama 3 hari


F. Pencegahan
Sekarang ini belum ada vaksin terhadap gonorea. Kondom dan spermisida (pembunuh sperma) yang dimasukkan ke dalam vagina tetap merupakan cara terbaik untuk mengurangi resiko infeksi. 7


REFERENSI

1. Anonim. Sexsually Transmitted Disease, CDC Fact Sheet :Gonorrhea. April 2006. http://www.cdc.gov/std/Gonorrhea/STDFact-gonorrhea. Printed date : 22 November 2007.

2. Sjaiful, F.D. Penyakit Menular Seksual. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Halaman 343-350. 2003.


3. R.S., Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta. Halaman 337-339. 2005.


4. Feingold, D.S., Mansur, C.P. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. McGraw Hill. USA. Page 2205-2209. 2005.


5. Anonim. The Journal Of Family Practice “Practice Alert: CDC No Longer Recommends Quinolones For Treatment Of Gonorrhea”. Volume 56. Number 7. July 2007.
http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=107&sid=9661d541-bbe0-48fb-871d-10a3df19fee4%40sessionmgr106. Printed date : 30 November 2007.


6. Anonim. American Family Physician “Practice Guideline Briefs: CDC Changes Treatment Guidelines for Gonorrhea”. Volume 75. Number 11. June 2007.
http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=108&sid=25dbc6e2-a54a-42ca-9899-e9071cbce60a%40sessionmgr107.
Printed date : 30 November 2007.


7. Trelia, B. Infeksi Saluran Kemih dan Kelamin. USU Digital Library. Sumatera Utara. Halaman 7-10. 2004.